Merserisasi adalah proses pengerjaan bahan dalam larutan alkali dengan konsentrasi suhu dan waktu tertentu. Proses merserisasi ditemukan pertama kali
oleh John Mercer pada tahun 1844
(patennya baru terdaftar kemudian pada tahun 1850) di tengah penelitiannya
mengenai kemungkinan pemisahan berbagai macam hidrat dengan cara penyaringan
fraksional perlahan. Pada saat itu Mercer
mengamati adanya perubahan – perubahan seperti tersebut di atas, kecuali
kilau, pada kain kapas yang digunakannya untuk menyaring larutan natrium
hidroksida. Mercer juga mendapati adanya penurunan konsentrasi larutan di akhir
proses yang disebabkan oleh absorpsi preferensial alkali oleh selulosa.
Efek kilau baru ditemukan sekitar lima puluh
tahun kemudian (1889) oleh Horace Lowe secara tidak sengaja ketika mencoba
mencegah mengkeret benang yang dimerser
dengan cara memberikan tegangan selama proses.
Proses merserisasi pada umumnya dilakukan terhadap kain
kapas, dengan tujuan untuk :
Ø Menambah daya serap terhadap zat warna
Ø Menambah efek kilau
Serat kapas akan menggembung secara lateral dan
mengkeret ke arah panjangnya bila
direndam dalam larutan soda kostik pekat. Perubahan dimensi ini diikuti oleh perubahan – perubahan penting pada sifat – sifat
benang maupun kain yang terbuat dari serat tersebut, seperti meningkatnya :
Ø
Kekuatan tarik
Ø
Higroskopisitas (moisture
regain)
Ø
Daya serap terhadap zat
warna
Ø
Reaktifitasnya terhadap
pereaksi – pereaksi kimia.
Kelemahan
merserisasi grey adalah :
Penetrasi
alkali berlangsung lambat dan tidak merata Kain rayon, sekalipun sudah
mempunyai kilau yang baik, masih dipandang perlu untuk dimerser karena ada
beberapa proses yang dapat menurunkan kilau dari rayon tersebut.
Merserisasi kain campuran serat kapas dan rayon,
harus memperhatikan serat rayonnya agar jangan sampai rusak. Hal ini disebabkan
karena ketahanan serat kapas dan serat rayon di dalam larutan merserisasi tidak
sama.
Kain campuran serat polister dan kapas atau
polister dan rayon, pada umumnya juga dimerser dengan tujuan untuk meningkatkan
sifat – sifat serat kapasnya atau rayonnya, agar membantu sifat polister tanpa
mempengaruhi sifat–sifat polisternya.
Merserisasi dapat dikerjakan sebelum
pengelantangan atau sesudah pengelantangan. Merserisasi yang dilakukan sesudah
pemasakan tetapi sebelum pengelantangan akan memberikan pegangan yang lunak
dari pada merserisasi yang dilakukan sesudah pengelantangan.
Merserisasi dapat dilakukan dalam keadaan grey
maupun sesudah pengelantangan. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan
masing – masing.
Keuntungan merserisasi grey adalah :
1) Membantu menghilangkan sebagian malam (wax) pada kapas
sehingga pemakaian soda kostik pada pemasakan dapat dikurangi.
2) Menghilangkan tahap akhir pencucian dan penetralan pada proses
merserisasi sehingga sejumlah kecil alkali yang tertinggal pada bahan dapat
dimanfaatkan untuk membantu pemakaian soda kostik padapemasakan
3) Daya serap dan reaktifitas yang lebih tinggi terhadap zat–zat
kimia juga membuka peluang untuk penghematan pada pengelantangan
4)
Memberikan pegangan lebih
lembut daripada merserisasi sesudah pengelantangan
5)
Ketidakrataan efek
merserisasi sebagai akibat pemanasan lokal yang timbul dari reaksi eksoterm antara
kanji pada kain yang berasal dari pertenunan dan soda kostik
6)
Proses daur ulang natrium
hidroksida lebih sulit dan mahal karena adanya kontaminasi oleh lemak dan malam
kapas selama merserisasi.
Pada merserisasi grey penetrasi alkali
berlangsung lambat dan tidak merata sehingga disarankan untuk mengerjakan bahan
dengan air atau larutan alkali encer beberapa menit sebelum proses, atau lebih
baik lagi dengan menambahkan pembasah tahan alkali (1%) ke dalam larutan
merserisasi, untuk mempercepat pembasahan. Sedangkan benang atau kain dengan kekuatan relatif
rendah sebaiknya dimerser dalam keadaan grey.
Di samping harus tahan terhadap alkali,
pembasah untuk proses merserisasi juga harus:
1) Memiliki daya pembasahan tinggi,
2) Tidak teradsopsi secara preferensial oleh serat,
3) Larut dalam larutan soda kostik,
4) Tidak menimbulkan busa maupun keruh pada larutan,
5) Tidak meninggalkan endapan pada bahan dan bagian – bagian mesin,
6) Mudah dihilangkan dari bahan,
7) Tidak mewarnai serat secara permanen
Comments
Post a Comment